MAKASSAR – Dosen Filsafat Politik UIN Alauddin Makassar Moh. Sabri mengatakan, “problem demokrasi kita adalah problem kepemimpinan, terutama kepemimpinan parpol. “Partai hari ini biasa disebut mengalami distorsi ideologis, lantas mengarah pada kecenderungan pragmatisme bahwa parpol hanya berbicara tentang kekuasaan”
Ari Wirya Dinata
Focus Group Discussion Pembaharuan Partai Politik di Makassar, Selasa (12/05/2016).
Beliau menambahkan bahwa praktek transaksional rasa-rasanya lebih mendominasi wajah kepemimpinan bangsa ini ketimbang transformasional. Pada kegiatan dan waktu yang sama, Veri Junaidi menambahkan bahwa, “hal yang paling krusial hari ini terkait dengan partai politik adalah terkait dengan kemandirian parpol, khususnya terkait dengan isu keuangan partai”.
Menurut Ketua Kode Inisiatif ini, isu ini tidak pernah disentuh, apalagi soal pendanaan parpol. “Isu ini juga yang sulit muncul dipermukaan dan menjadi satu kebijakan”. Begitulah yang disampaikan oleh dua orang narasumber dalam acara focus group discussion dengan tema pembaharuan partai politik yang diselengarakan oleh Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas Andalas bekerja sama dengan ACC Makassar pada tanggal 12 Mei 2016 di Makassar.
Selle KS Delle, Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Provinsi Sulawesi Selatan yang hadir pada kesempatan itu berpendapat hampir serupa. Menurut beliau manajemen partai belum begitu banyak berubah, ada anggapan seperti itu, dan kalau kita mau jujur ya mungkin keadaannya seperti itu dan inilah tantangan kita bagaimana mereformasi parpol sehingga proses demokratisasi di Indonesia bisa berjalan dengan baik.
Acara yang turut dihadiri oleh perwakilan partai politik, anggota DPRD provinsi Sulawesi Selatan, akademisi, perwakilan NGO serta pemerhati pemilu dan demokrasi ini dimaksudkan untuk menggali persoalan terkait dengan pembeharuan partai politik di Indonesia. Khususnya terkait dengan isu demokrasi internal partai politik seperti yang diungkapkan oleh Khairul Fahmi dari perwakilan PUSaKO.
-M.NURUL FAJRI